Oleh: Amirudin Rahim
Setiap aktifis dakwah, pasti berkeinginan agar dakwahnya berhasil. Akan tetapi, tidak jarang, keberhasilan itu tak kunjung datang, sehingga timbul rasa frustrasi, pesimis, bahkan isti’jal (tergesa-gesa). Seorang da’i harus memahami, bahwa keberhasilan dakwah tidak dapat dilepaskan dari sunatullah di alam semesta ini. Di antara s
unah kauniyah, sunatullah yang mengikat seluruh makhluk-Nya adalah
unah kauniyah, sunatullah yang mengikat seluruh makhluk-Nya adalah
1. Sunnatut tadarruj(kebertahapan). Setiap makhluk terikat dengan sunnah tadarruj ini, yaitu mereka memiliki tahapan-tahapan dalam pertumbuhannya.
2. Sunnatut tawazun(keseimbangan). Setiap makhluk diciptakan dalam komposisi seimbang dan berkembang secara mutawazinah pula. Demikian pula dalam dakwah
3. Sunnatul ajal. Setiap makhluk terikat sunatul ajal, yaitu bahwa ia mempunyai batasan waktu dalam keberadaannya.
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Q.S. Al-A’raf: 34)
Secara inklusif di dalam memahami sunnatul ajal, kita juga harus memahami sunnatut tadawwul (sunah pergiliran). Ketika ajal seorang manusia sampai, maka digantikan atau digilir oleh generasi anak-cucunya dan jika ajal suatu umat sampai, maka umat berikutnya pun akan melanjutkan misi wazhifah-nya.
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,” (Q.S. Ali Imran: 140)
4. Sunnatut tadaffu’ muda’afah bainal khalaiq. Sunatullah ini diperlukan untuk menjaga dinamika dan keseimbangan kauni di dalam kehidupan makhluk-Nya.
وَلَوْلاَ دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Q.S. Al-Baqarah: 251)
Artinya, Allah menjamin dinamika dan keseimbangan kauni dengan menjadikan sebagian manusia mencegah kezaliman yang dilakukan sebagian lainnya.
5. Sunnatut taskhir (ketentuan ditundukkannya segala sesuatu di dunia ini untuk keperluan manusia). Dalam menjalankan tugas risalah ibadah dan wazhifah khilafahnya, manusia dipermudah oleh Allah dengan menundukkan seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi untuk keperluan tersebut.
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Al-Jatsiyah: 13)
Demikianlah, aspek-aspek sunatullah jangan sampai terlupakan dan semua yang terjadi hendaknya menjadi bahan evaluasi lalu mengembalikannya kepada Allah Swt. Selamat berdakwah!
0 komentar:
Posting Komentar